Monday 21 January 2013

benarkah teory evolusi...?



Catatan Fosil Membantah Evolusi 

Menurut teori evolusi, setiap spesies hidup berasal dari satu nenek moyang. Spesies yang ada sebelumnya lambat laun berubah menjadi spesies lain, dan semua spesies muncul dengan cara ini. Menurut teori tersebut, perubahan ini berlangsung sedikit demi sedikit dalam jangka waktu jutaan tahun.
Dengan demikian, maka seharusnya pernah terdapat sangat banyak spesies peralihan selama periode perubahan yang panjang ini.
Sebagai contoh, seharusnya terdapat beberapa jenis makhluk setengah ikan - setengah reptil di masa lampau, dengan beberapa ciri reptil sebagai tambahan pada ciri ikan yang telah mereka miliki. Atau seharusnya terdapat beberapa jenis burung-reptil dengan beberapa ciri burung di samping ciri reptil yang telah mereka miliki. Evolusionis menyebut makhluk-makhluk imajiner yang mereka yakini hidup di masa lalu ini sebagai "bentuk transisi".
Jika binatang-binatang seperti ini memang pernah ada, maka seharusnya mereka muncul dalam jumlah dan variasi sampai jutaan atau milyaran. Lebih penting lagi, sisa-sisa makhluk-makhluk aneh ini seharusnya ada pada catatan fosil. Jumlah bentuk-bentuk peralihan ini pun semestinya jauh lebih besar daripada spesies binatang masa kini dan sisa-sisa mereka seharusnya ditemukan di seluruh penjuru dunia. Dalam The Origin of Species, Darwin menjelaskan:
"Jika teori saya benar, pasti pernah terdapat jenis-jenis bentuk peralihan yang tak terhitung jumlahnya, yang mengaitkan semua spesies dari kelompok yang sama…. Sudah tentu bukti keberadaan mereka di masa lampau hanya dapat ditemukan pada peninggalan-peninggalan fosil." 1
Bahkan Darwin sendiri sadar akan ketiadaan bentuk-bentuk peralihan tersebut. Ia berharap bentuk-bentuk peralihan itu akan ditemukan di masa mendatang. Namun di balik harapan besarnya ini, ia sadar bahwa rintangan utama teorinya adalah ketiadaan bentuk-bentuk peralihan. Karena itulah dalam buku The Origin of Species, pada bab "Difficulties of the Theory" ia menulis:
... Jika suatu spesies memang berasal dari spesies lain melalui perubahan sedikit demi sedikit, mengapa kita tidak melihat sejumlah besar bentuk transisi di mana pun? Mengapa alam tidak berada dalam keadaan kacau-balau, tetapi justru seperti kita lihat, spesies-spesies hidup dengan bentuk sebaik-baiknya?.... Menurut teori ini harus ada bentuk-bentuk peralihan dalam jumlah besar, tetapi mengapa kita tidak menemukan mereka terkubur di kerak bumi dalam jumlah tidak terhitung?.... Dan pada daerah peralihan, yang memiliki kondisi hidup peralihan, mengapa sekarang tidak kita temukan jenis-jenis peralihan dengan kekerabatan yang erat? Telah lama kesulitan ini sangat membingungkan saya.2
Satu-satunya penjelasan Darwin atas hal ini adalah bahwa catatan fosil yang telah ditemukan hingga kini belum memadai. Ia menegaskan jika catatan fosil dipelajari secara terperinci, mata rantai yang hilang akan ditemukan.
Karena mempercayai ramalan Darwin, kaum evolusionis telah berburu fosil dan melakukan penggalian mencari mata rantai yang hilang di seluruh penjuru dunia sejak pertengahan abad ke-19. Walaupun mereka telah bekerja keras, tak satu pun bentuk transisi ditemukan. Bertentangan dengan kepercayaan evolusionis, semua fosil yang ditemukan justru membuktikan bahwa kehidupan muncul di bumi secara tiba-tiba dan dalam bentuk yang telah lengkap. Usaha mereka untuk membuktikan teori evolusi justru tanpa sengaja telah meruntuhkan teori itu sendiri.
Fosil-Fosil Hidup
Teori evolusi menyatakan bahwa spesies makhluk hidup terus-menerus berevolusi menjadi spesies lain. Namun ketika kita membandingkan makhluk hidup dengan fosil-fosil mereka, kita melihat bahwa mereka tidak berubah setelah jutaan tahun. Fakta ini adalah bukti nyata yang meruntuhkan pernyataan evolusionis.

Lebah madu hidup tidak berbeda dengan fosil kerabatnya yang berumur jutaan tahun lalu.

Fosil capung berumur 135 juta tahun tidak berbeda dengan kerabat modernnya.
Seorang ahli paleontologi Inggris ternama, Derek V. Ager, mengakui fakta ini meskipun dirinya seorang evolusionis:
Jika kita mengamati catatan fosil secara terperinci, baik pada tingkat ordo maupun spesies, maka yang selalu kita temukan bukanlah evolusi bertahap, namun ledakan tiba-tiba satu kelompok makhluk hidup yang disertai kepunahan kelompok lain. 3
Ahli paleontologi evolusionis lainnya, Mark Czarnecki, berkomentar sebagai berikut:
Kendala utama dalam membuktikan teori evolusi selama ini adalah catatan fosil; jejak spesies-spesies yang terawetkan dalam lapisan bumi. Catatan fosil belum pernah mengungkapkan jejak-jejak jenis peralihan hipotetis Darwin - sebaliknya, spesies muncul dan musnah secara tiba-tiba. Anomali ini menguatkan argumentasi kreasionis*) bahwa setiap spesies diciptakan oleh Tuhan. 4
Mereka juga harus mengakui ke-sia-siaan menunggu kemunculan bentuk-bentuk transisi yang "hilang" di masa mendatang, seperti yang dijelaskan seorang profesor paleontologi dari Universitas Glasgow, T. Neville George:
Tidak ada gunanya lagi menjadikan keterbatasan catatan fosil sebagai alasan. Entah bagaimana, catatan fosil menjadi berlimpah dan hampir tidak dapat dikelola, dan penemuan bermunculan lebih cepat dari pengintegrasian... Bagaimanapun, akan selalu ada kekosongan pada catatan fosil. 5

















FOKUS: Mitos tentang Evolusi Kuda
Hingga baru-baru ini, urutan imajiner evolusi kuda telah dikemukakan sebagai bukti fosil terpenting teori evolusi. Akan tetapi, saat ini banyak pendukung evolusi berterus terang mengakui bahwa skenario evolusi kuda telah hancur. Dalam sebuah simposium empat hari mengenai masalah-masalah teori evolusi bertahap yang diselenggarakan pada tahun 1980 di Field Museum of Natural History, Chicago, dan dihadiri 150 evolusionis, Boyce Rensberger, seorang evolusionis yang memberikan sambutan, mengatakan bahwa skenario evolusi kuda tidak didukung oleh catatan fosil dan tidak ditemukan proses evolusi yang menjelaskan evolusi kuda secara bertahap:
Contoh populer evolusi kuda, yang mengemukakan perubahan bertahap dari makhluk seukuran rubah dengan kaki berjari empat yang hidup hampir 50 juta tahun lalu menjadi kuda masa kini yang lebih besar dengan kaki berjari satu, telah lama diketahui keliru. Bertentangan dengan perubahan secara bertahap, fosil setiap spesies peralihan tampak sama sekali berbeda, tidak berubah, dan kemudian menjadi punah. Bentuk-bentuk transisi tidak diketahui.1
Seorang ahli paleontologi kenamaan, Colin Patterson, direktur Natural History Museum, Inggris, berkomentar tentang skema "evolusi kuda" yang dipamerkan untuk umum di lantai dasar museum tersebut:
Telah begitu banyak cerita tentang sejarah kehidupan di bumi ini, sebagian lebih imajinatif daripada yang lain. Contoh paling terkenal, masih dipamerkan di lantai bawah, adalah skema evolusi kuda yang dibuat barangkali 50 tahun lalu. Dan itu telah dijadikan kebenaran harfiah dari buku ke buku. Kini, saya pikir itu perlu disesali, terutama jika mereka yang mengajukan cerita semacam ini sendiri menyadari betapa spekulatifnya sebagian skema tersebut. 2
Jadi, apa yang mendasari skenario "evolusi kuda"? Skenario ini dirumuskan dengan diagram-diagram tipuan yang disusun berurutan dari fosil spesies-spesies berbeda yang hidup pada periode sangat berlainan di India, Afrika Selatan, Amerika Utara dan Eropa, se-mata-mata mengikuti imajinasi evolusionis. Terdapat lebih dari 20 diagram evolusi kuda yang diajukan para peneliti. Semua diagram itu sangat berbeda satu sama lain. Evolusionis tidak mencapai kesepakatan tentang hal ini. Satu-satunya persamaan di antara mere-ka keyakinan bahwa nenek moyang kuda (Equus) adalah makhluk seukur-an anjing yang disebut "Eohippus", hidup dalam Periode Eosin 55 juta tahun lalu. Akan tetapi, jalur evolusi dari Eohippus ke Equus sama sekali tidak konsisten.
Seorang evolusionis yang juga penulis ilmu alam, Gordon R. Taylor, menjelaskan kenyataan yang jarang diakui ini dalam bukunya, The Great Evolution Mystery:
Namun barangkali kelemahan paling serius dari Darwinisme adalah kegagalan para ahli paleontologi menemukan filogeni atau silsilah organisme yang meyakinkan untuk menunjukkan perubahan evolusi besar... Kuda sering dikemukakan sebagai satu-satunya contoh yang bisa mewakili sepenuhnya. Akan tetapi kenyataannya, garis yang menghubungkan Eohippus dengan Equus sangat tidak menentu. Garis ini semestinya menunjukkan peningkatan ukuran badan yang kontinu. Tetapi kenyataannya, sejumlah varian berukuran lebih kecil dari Eohippus, bukannya lebih besar. Spesimen-spesimen dari berbagai sumber dapat digabungkan dalam urutan yang tampak begitu meyakinkan, tetapi tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka tersusun menurut waktu yang sesuai dengan urutan ini.3
Semua fakta ini adalah bukti kuat bahwa diagram-diagram evolusi kuda, yang dinyatakan sebagai satu bukti paling kokoh untuk Darwinisme, tidak lain hanyalah dongeng fantastis dan tidak masuk akal.








Penafsiran Menyesatkan tentang Fosil
Sebelum melangkah ke bagian terperinci dari mitos evolusi manusia, perlu disebutkan metode propaganda yang telah meyakinkan masyarakat umum tentang gagasan bahwa di masa lampau pernah hidup makhluk separo manusia - separo kera. Metode propaganda ini menggunakan "rekonstruksi" yang dibuat berdasarkan fosil-fosil. Rekonstruksi yang dimaksud adalah pembuatan gambar atau model makhluk hidup berdasarkan sepotong tulang - kadangkala hanya berupa fragmen - yang berhasil digali. "Manusia kera" yang kita lihat dalam surat kabar, majalah, atau film semuanya adalah hasil rekonstruksi.
Fosil-fosil biasanya tidak tersusun dan tidak lengkap. Karenanya, rekaan apa pun yang didasarkan padanya cenderung sangat spekulatif. Kenyataannya, rekonstruksi (gambar atau model) yang dibuat evolusionis berdasarkan peninggalan-peninggalan fosil itu telah dipersiapkan secara spekulatif namun cermat untuk mendukung pernyataan evolusi. Seorang ahli antropologi dari Harvard, David R. Pilbeam, menegaskan fakta ini ketika mengatakan, "Setidaknya dalam paleoantropologi, data masih sangat jarang sehingga teori sangat mempengaruhi penafsiran. Teori-teori, di masa lampau, dengan jelas mencerminkan ideologi-ideologi kita bukannya mewakili data sesungguhnya".1 Karena masyarakat sangat terpengaruh oleh informasi visual, rekonstruksi-rekonstruksi ini adalah cara terbaik untuk membantu kaum evolusionis mencapai tujuannya, yaitu meyakinkan orang bahwa makhluk-makhluk ini benar-benar ada di masa lalu.
Gambar-Gambar Imajiner yang Menyesatkan
Dengan gambar dan rekonstruksi, evolusionis sengaja memberi bentuk pada ciri-ciri fisik yang sebenarnya tidak meninggalkan jejak-jejak fosil, seperti struktur hidung dan bibir, bentuk rambut, bentuk alis dan rambut bagian tubuh lain, untuk mendukung teori evolusi. Mereka juga menyiapkan gambar-gambar terperinci makhluk-makhluk imajiner ini sedang berjalan dengan keluarga mereka, berburu, atau contoh-contoh kehidupan mereka sehari-hari lainnya. Akan tetapi, semua gambaran ini adalah rekaan belaka dan tidak memiliki acuan pada catatan fosil.
Sampai di sini, kita perlu menggarisbawahi satu hal: rekonstruksi berdasarkan sisa-sisa tulang hanya dapat mengungkapkan karakteristik sangat umum dari obyek tersebut, karena penjelasan terperinci sesungguhnya terletak pada jaringan lunak yang cepat sekali hancur. Jadi, dengan penafsiran spekulatif terhadap jaringan lunak, gambar atau model rekonstruksi menjadi sangat tergantung pada imajinasi pembuatnya. Earnst A. Hooten dari Universitas Harvard, menjelaskan situasi ini sebagai berikut:
Usaha untuk menyusun kembali bagian-bagian lunak adalah pekerjaan yang lebih berisiko lagi. Bibir, mata, telinga dan ujung hidung tidak meninggalkan tanda apa pun pada tulang di bawahnya yang bisa menjadi petunjuk. Dengan kemudahan yang sama, dari sebuah tengkorak Neandertaloid, Anda dapat merekonstruksi muka simpanse atau roman aristokrat seorang filsuf. Nilai ilmiah restorasi hipotetis tipe-tipe manusia purba ini sedikit sekali, itu pun kalau ada, dan ini cenderung hanya menyesatkan masyarakat.... Jadi, janganlah Anda mempercayai rekonstruksi.2
Tiga Rekonstruksi Berbeda dari Tengkorak yang Sama
Dimuat di Sunday Times, 5 April 1964
Lukisan Maurice Wilson
Rekonstruksi N. Parker di National Geographics, September 1960
Kenyataannya, evolusionis mengarang cerita yang sangat tidak masuk akal sehingga untuk satu tengkorak yang sama, mereka bahkan menggambarkan wajah-wajah yang berbeda. Satu contoh terkenal dari penipuan semacam ini adalah tiga gambar rekonstruksi berlainan yang dibuat untuk satu fosil bernama Australopithecus robustus (Zinjanthropus).
Penafsiran menyimpang terhadap fosil maupun pembuatan banyak rekonstruksi rekaan bisa menjadi indikasi betapa sering evolusionis melakukan tipu muslihat. Namun ini tidak seberapa dibandingkan dengan semua pemalsuan yang sengaja dilakukan sepanjang sejarah evolusi.


































Evolusi: Kepercayaan yang Tidak Ilmiah
Lord Solly Zuckerman adalah salah seorang peneliti terkemuka dan terhormat di Inggris. Bertahun-tahun ia meneliti catatan fosil dan melakukan banyak penyelidikan secara terperinci. Ia dianugerahi gelar kebangsawanan "Lord" untuk kontribusinya bagi ilmu pengetahuan. Zuckerman adalah seorang evolusionis. Jadi, komentarnya mengenai evolusi tidak dapat dianggap sebagai pernyataan untuk menentang teori evolusi. Setelah bertahun-tahun meneliti fosil yang digunakan dalam skenario evolusi manusia, ia berkesimpulan bahwa silsilah seperti itu tidak ada.
Zuckerman juga menyusun sebuah "spektrum ilmu pengetahuan" yang menarik. Ia membentuk spektrum ilmu pengetahuan dari yang dianggapnya ilmiah hingga tidak ilmiah. Menurut spektrum Zuckerman, yang paling "ilmiah" tergantung pada data konkret-adalah bidang kimia dan fisika. Setelah itu biologi, kemudian diikuti ilmu-ilmu sosial. Pada ujung berlawanan, yang dianggap paling tidak "ilmiah", terdapat "extra-sensory perception (ESP)"konsep seperti telepati dan indra keenam-dan terakhir adalah "evolusi manusia". Zuckerman menjelaskan alasannya:
Kita kemudian bergerak dari kebenaran objektif langsung ke bidang-bidang yang dianggap sebagai ilmu biologi, seperti extra sensory perception atau interpretasi sejarah fosil manusia. Dalam bidang-bidang ini, segala sesuatu mungkin terjadi bagi yang percaya, dan orang yang sangat percaya kadang-kadang mampu meyakini sekaligus beberapa hal yang saling kontradiktif.30
Lalu, alasan apa yang membuat banyak ilmuwan berkeras mempertahankan dogma ini? Mengapa mereka berusaha begitu keras mempertahankan teori ini agar tetap hidup, walaupun harus mengalami berbagai konflik dan membuang bukti-bukti yang mereka temukan sendiri?
Satu-satunya jawaban adalah ketakutan mereka akan fakta yang harus mereka hadapi jika teori evolusi ini ditinggalkan. Fakta bahwa manusia diciptakan oleh Allah. Akan tetapi, mengingat praduga dan filsafat materialistis mereka, penciptaan adalah konsep yang tidak dapat diterima evolusionis.
Untuk alasan ini, mereka menipu diri sendiri serta semua orang di dunia, melalui kerja sama dengan media massa. Jika mereka tidak dapat menemukan fosil yang dibutuhkan, mereka akan "membuatnya" baik dalam bentuk gambar rekaan atau model-model khayalan, dan mencoba memberikan kesan bahwa fosil-fosil yang membuktikan teori evolusi benar-benar ada. Sebagian media massa yang menganut pandangan materialistis juga mencoba menipu masyarakat dan menanamkan kisah evolusi ke alam bawah sadar manusia.
Sekeras apa pun mereka mencoba, kebenaran tetap jelas: manusia muncul bukan melalui proses evolusi tetapi karena telah diciptakan Allah. Karena itu, manusia bertanggung jawab kepada-Nya betapa pun ia tidak ingin menerima tanggung jawab ini.
Kesimpulan: Evolusi Adalah Sebuah Kebohongan
Masih banyak bukti dan hukum-hukum ilmiah lain yang menggugurkan teori evolusi. Namun dalam buku ini kita hanya membahas beberapa di antara-nya. Itu pun seharusnya sudah cukup untuk menyingkap se-buah kebenaran terpenting. Meskipun ditutup-tutupi dengan kedok ilmu pengetahuan, teori evolusi hanyalah sebuah kebohongan; kebohongan yang dipertahankan hanya untuk kepentingan filsafat materialistis. Kebohongan yang tidak berdasarkan pada ilmu pengetahuan tetapi pada pencucian otak, propaganda dan penipuan.
Berikut ini adalah rangkuman dari pembahasan sejauh ini:
Teori Evolusi Telah Runtuh
Sejak langkah pertamanya, teori evolusi telah gagal. Buktinya, evolusionis tidak mampu menjelaskan proses pembentukan satu protein pun. Baik hukum probabilitas maupun hukum fisika dan kimia tidak memberikan peluang sama sekali bagi pembentukan kehidupan secara kebetulan.
Bila satu protein saja tidak dapat terbentuk secara kebetulan, apakah masuk akal jika jutaan protein menyatukan diri membentuk sel, lalu milyaran sel secara kebetulan pula menyatukan diri membentuk organ-organ hidup, lalu membentuk ikan, kemudian ikan beralih ke darat, menjadi reptil, dan akhirnya menjadi burung? Begitukah cara jutaan spesies di bumi terbentuk?
Meskipun tidak masuk akal bagi Anda, evolusionis benar-benar meyakini dongeng ini.
Evolusi lebih merupakan sebuah kepercayaan - atau tepatnya keyakinan - karena mereka tidak mempunyai bukti satu pun untuk cerita mereka. Mereka tidak pernah menemukan satu pun bentuk peralihan seperti makhluk setengah ikan-setengah reptil, atau makhluk setengah reptil-setengah burung. Mereka pun tidak mampu membuktikan bahwa satu protein, atau bahkan satu molekul asam amino penyusun protein dapat terbentuk dalam kondisi yang mereka sebut sebagai kondisi bumi purba. Bahkan dalam laboratorium yang canggih, mereka tidak berhasil membentuk protein. Sebaliknya, melalui seluruh upaya mereka, evolusionis sendiri malah menunjukkan bahwa proses evolusi tidak dapat dan tidak pernah terjadi di bumi ini.
Di Masa Mendatang pun Evolusi Tidak Dapat Dibuktikan
Menghadapi kenyataan ini, evolusionis hanya dapat menghibur diri dengan khayalan bahwa suatu saat nanti, entah bagaimana caranya, ilmu pengetahuan akan menjawab semua dilema ini. Mengharapkan ilmu pengetahuan akan membenarkan semua pernyataan tidak berdasar dan tidak masuk akal ini adalah hal yang mustahil, sampai kapan pun. Sebaliknya, sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, kemustahilan pernyataan evolusionis akan semakin terbuka dan semakin jelas.
Begitulah yang terjadi sejauh ini. Semakin terperinci struktur dan fungsi sel diketahui, semakin jelas bahwa sel bukan susunan sederhana yang terbentuk secara acak, seperti pemahaman biologis primitif masa Darwin.
Rasa percaya diri berlebihan dalam menolak fakta penciptaan dan menyatakan bahwa kehidupan berasal dari kebetulan-kebetulan yang mustahil, lalu berkeras mempertahankannya, kelak akan berbalik menjadi sumber penghinaan. Ketika wajah asli dari teori evolusi semakin tersingkap dan opini publik mulai melihat kebenaran, para pendukung evolusi yang fanatik buta ini tidak akan berani lagi memperlihatkan wajah mereka.
Rintangan Terbesar bagi Evolusi: Jiwa
Banyak spesies di bumi ini yang mirip satu sama lain. Misalnya, banyak makhluk hidup yang mirip dengan kuda atau kucing, dan banyak serangga mirip satu dengan lainnya. Kemiripan seperti ini tidak membuat orang heran.
Sedikit kemiripan antara manusia dan kera, entah bagaimana terlalu banyak menarik perhatian. Ketertarikan ini kadang menjadi sangat ekstrem sehingga membuat beberapa orang mempercayai tesis palsu evolusi. Sebenarnya, kemiripan tampilan antara manusia dan kera tidak memberikan arti apa-apa. Kumbang tanduk dan badak juga memiliki kemiripan tampilan, namun menggelikan sekali jika mencari mata rantai evolusi di antara keduanya hanya berdasarkan kemiripan tampilan saja; yang satu adalah serangga dan yang lainnya mamalia.
Selain kemiripan tampilan, kera tidak bisa dikatakan berkerabat lebih dekat dengan manusia dibandingkan dengan hewan lain. Jika tingkat kecerdasan dipertimbangkan, maka lebah madu dan laba-laba dapat dikatakan berkerabat lebih dekat dengan manusia karena keduanya dapat membuat struktur sarang yang menakjubkan. Dalam beberapa aspek, mereka bahkan lebih unggul.
Terlepas dari kemiripan tampilan ini, ada perbedaan sangat besar an-tara manusia dan kera. Berdasarkan tingkat kesadarannya, kera adalah hewan yang tidak berbeda dengan kuda atau anjing. Sedangkan manusia adalah makhluk sadar, berkeinginan kuat dan dapat berpikir, berbicara, mengerti, memutuskan, dan menilai. Semua sifat ini merupakan fungsi jiwa yang dimiliki manusia. Jiwa merupakan perbedaan paling penting yang jauh memisahkan manusia dari makhluk-makhluk lain. Tak ada satu pun kemiripan fisik yang dapat menutup jurang lebar di antara manusia dan makhluk hidup lainnya. Di alam ini, satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai jiwa adalah manusia.
Allah Mencipta Menurut Kehendak-Nya
Apakah akan menjadi masalah jika skenario yang diajukan evolusionis benar-benar telah terjadi? Sedikit pun tidak, karena setiap tahapan yang diajukan teori evolusioner dan berdasarkan konsep kebetulan, hanya dapat terjadi karena suatu keajaiban. Bahkan jika kehidupan benar-benar muncul secara berangsur-angsur melalui tahapan-tahapan demikian, masing-masing tahap hanya dapat dimunculkan oleh suatu keinginan sadar. Kejadian kebetulan bukan hanya tidak masuk akal, melainkan juga mustahil.
Jika dikatakan bahwa sebuah molekul protein telah terbentuk pada kondisi atmosfir primitif, harus diingat bahwa hukum-hukum probabilitas, biologi dan kimia telah menunjukkan bahwa hal itu tidak mungkin terjadi secara kebetulan. Namun jika kita terpaksa menerima bahwa hal tersebut memang terjadi, maka tidak ada pilihan lain kecuali mengakui bahwa keberadaannya karena kehendak Sang Pencipta.
Logika serupa berlaku juga pada seluruh hipotesis yang diusulkan oleh evolusionis. Misalnya, tidak ada bukti paleontologis maupun secara pembenaran fisika, kimia, biologi atau logika yang membuktikan bahwa ikan beralih dari air ke darat dan menjadi hewan darat. Akan tetapi, jika seseorang membuat pernyataan bahwa ikan merangkak ke darat dan berubah menjadi reptil, maka dia pun harus menerima keberadaan Pencipta yang mampu membuat apa pun yang dikehendaki-Nya dengan hanya mengatakan "jadilah". Penjelasan lain untuk keajaiban semacam itu berarti penyangkalan diri dan pelanggaran atas prinsip-prinsip akal sehat.
Kenyataannya telah jelas dan terbukti. Seluruh kehidupan merupakan karya agung yang dirancang sempurna. Ini selanjutnya memberikan bukti lengkap bagi keberadaan Pencipta, Pemilik kekuatan, pengetahuan, dan kecerdasan yang tak terhingga.

MATA



MATA
            Mata adalah penuntun, dan hati adalah pendorong dan penuntut. Mata memiliki
kenikmatan pandangan dan hati memiliki kenikmatan pencapaian. Keduanya merupakan
sekutu yang mesra dalam setiap tindakan dan amal perbuatan manusia, dan tidak bisa
dipisahkan antara satu dengan yang lain.
            Ketika seseorang memiliki niat untuk melakukan sesuatu yang muncul dari dalam hati,
maka dia memerlukan mata sebagai penuntunnya. Untuk melihat, mengamati, dan
kemudian otak ikut bekerja untuk mengambil keputusan.
            Bila seseorang memiliki niat untuk melakukan amal yang baik, maka mata menuntunnya
kearah yang baik pula. Dan bila seseorang berniat melakukan suatu perbuatan yang tidak
baik, maka mata akan menuntunnya kearah yang tidak baik pula.
            Sebaliknya bisa pula terjadi, ketika mata melihat sesuatu yang menarik, lalu melahirkan
niatan untuk memperoleh kenikmatan dari hal yang dilihatnya, maka hati akan mendorong
mata untuk menjelajah lebih jauh lagi, agar dia memperoleh kepuasan dalam
memandangnya. Sehingga Allah SWT memberikan kepada kita semua rambu-rambu yang
sangat antisipatif, yaitu perintah untuk menundukkan pandangan: "Katakanlah kepada
orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".
"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya,
kecuali yang (biasa) nampak dari padanya." (QS. An Nuur: 30-31)
            Demikianlah hal yang terjadi, sehingga ketika manusia terpuruk dalam kesesatan, maka
terjadilah dialog antara mata dan hati, seperti yang dituturkan oleh seorang ulama besar
Ibnu Qoyyim Al-Jauziyyah dalam bukunya "Taman Orang-orang Jatuh Cinta dan
Memendam Rindu".

Hati berkata kepada Mata

            Kaulah yang telah menyeretku kepada kebinasaan dan mengakibatkan penyesalan
karena aku mengikutimu beberapa saat saja. Kau lemparkan kerlingan matamu ke taman
itu, kau mencari kesembuhan dari kebun yang tidak sehat, kau salahi firman Allah,
"Hendaklah mereka menahan pandangannya", kau salahi sabda Rasulullah Saw,
"Memandang wanita adalah panah beracun dari berbagai macam panah Iblis.
            Barangsiapa meninggalkannya karena takut kepada Allah Azza wa Jalla, maka Allah akan
memberi balasan iman kepadanya, yang akan didapati kelezatannya di dalam hatinya".
(H.R. Ahmad)
Abu Hurairah Ra. Berkata, "Hati adalah raja dan seluruh anggota tubuh adalah
pasukannya. Jika rajanya baik, maka baik pula pasukannya. Jika raja buruk, buruk pula
pasukannya". Jika engkau dianugerahi pandangan, tentu engkau tahu bahwa rusaknya
para pengikutmu adalah karena kerusakan dirimu, dan kebaikan mereka adalah karena
kebaikanmu. Jika engkau rusak, rusak pula para pengikutmu. Lalu engkau lemparkan
kesalahanmu kepada mata yang tak berdaya. Sumber bencana yang menimpamu adalah
karena engkau tidak memiliki cinta kepada Allah, tidak menyukai dzikir kepada-Nya, tidak
menyukai firman, ‘asma dan sifat-sifat-Nya. Engkau beralih kepada yang lain dan
berpaling dari-Nya. Engkau berganti mencintai selain-Nya.

            Demikianlah, mata dan hati, sepasang sekutu yang sangat serasi. Bila mata digunakan
dengan baik, dan hati dikendalikan dengan keimanan kepada Allah SWT, maka kerusakan
dan kemungkaran dimuka bumi ini tak akan terjadi. Namun bila yang terjadi adalah
sebaliknya, maka kerusakan dan bala bencanalah yang senantiasa menyapa kita.
Robb, bimbinglah kami, agar Ramadhan kali ini kami mampu mengendalikan hati kami
dengan keimanan kepada-Mu, mengutamakan cinta kepada-Mu, dan tidak pernah
berpaling dari-Mu.

Allaahumma ‘aafinii fii badanii, Allaahumma ‘aafiniifii sam’ii, Allaahumma ‘aafinii fii
bashorii. Aamiin.
Ya Allah, sehatkanlah badanku, sehatkanlah pendengaranku, sehatkanlah penglihatanku.


QH_ReeF